China telah dianggap sebagai negara yang berambisi menjadi adi kuasa. Itu ditunjukkan dengan menyebar pengaruh dan konflik ke banyak negara tetangga dan melanggar hukum internasional. Kini, Beijing berambisi untuk melakukan ekspansi ke Artik untuk mencari minyak demi kepentingan ekonomi.
China melihat ekspansi laut ke Artik memang mahal. Namun, upaya itu dilakukan untuk membuka rute perdagangan baru yakni eksplorasi minyak dan gas. Mereka juga berkeinginan untuk melakukan penelitian perubahan iklim.
Secara geografis, China memang tidak dekat Lingkaran Artik. Namun, China akan berhadapan dengan delapan negara yang dekat dnegan Artik dan semuanya mengklaim menguasai teritorial Lingkaran Artik.
Anggota Lingkaran Artik terbelah dengan kepentingan China masuk ke kawasan tersebut. Negara kecil seperti Islandia dan Norwegia melihat adanya keselamatan, tetapi Rusia dan Kanada justru melihat kekhawatiran tersendiri.
“China bukan hanya negara Artik yang tertarik terhadap kawasan itu,” kata pakar Artik dari Universitas Massey, Marc Lanteigne, di Selandia Baru, dilansir CNN.
Pada 2013 lalu, India, Korea Selatan, Jepang dan Singapura sudah masuk sebagai negara mengamat pada Dewan Lingkaran Artik. “Memang ada pihak yang menerima China sebagai pemain di sana. Tetapi, ada ambiguitas China yang dimainkan,” paparnya.
Januari lalu, Beijing mempublikasikan white paper yang mempublikasikan strategi Artik. Mereka mengabaikan ketakutan banyak kalangan terhadap ambisi perluasan teritorial. Beijing mengklaim perubahan lingkungan di Artik berdampak langsung terhadap sistem politik dan lingkungan ekologi.
Beijing juga berambisi membangun Jalur Sutra Kubu Utara sebagai bagian proyek Sabu dan Jalan bernilai triliun dolar. Presiden China Xi Jinping memang berupaya membangun infrastruktur untuk membangun koridor perdagangan dunia.
“Inisiatif Sabuk dan Jalan Sutra itu dikritik Barat karena China membebani negara berkembang dengan hutang,” kata Lanteigne. Beberapa pemain utama Artik tetap mendukung langkah China karena hubungan ekonomi mereka yang membaik.
Kemitraan dengan China di Artik bisa menjadi jaminan China untuk masuk ke kawasan tersebut. “Beberapa negara Eropa utara mendukung ekspansi China dalam perdagangan laut dan pembangunan bandara baru,” paparnya.
Namun, sebagian kalangan di Dewan Artik khawatir dengan terulangnya perebutan teritorial yang dilakukan China di Laut China Selatan. Beijing mengklaim sebagian besar teritorial Laut China Selatan sebagai kekuasaannya. Mereka juga membangun infrastrutur di Kepulauan Spratly dan Paracel.
Sebagai perbandingan, situasi di Artik memang relatif damai. Tidak ada ketegangan teritorial. Negara-negara Artik juga tidak ingin berkonflik.
Alasan utama Beijing tertarik dengan Artik adalah alasan ilmiah. Mereka ingin menyelidiki dampak perubahan iklim dan ingin mencari solusi isu lingkungan global. Pandangan tersebut dianggap basa-basi saja. Ambisi utama China tetap alasan politik dan politik untuk mendominasi kawasan kaya sumber daya minyak di Artik.
Sepertiga cadangan gas alam dunia berada di Artik. 13% cadangan minyak global juga ada di kawasan tersebut. “Temperatur yang meningkat mengakibatkan mencairnya es di Artik menyebabkan kapal bisa melalui kawasan tersebut,” kata Rachael Gosnell dari Universitas Maryland. Dia menambahkan, Artik memiliki potensi ekonoi yang menakjubkan senilaui USD450 miliar.
Menurut NASA, mode iklim global diprediksi akan memaksa pencairan es di Artik pada musim panas mendatang. Itu menyebabkan kapal-kapal bisa melalui kawasan tersebut. “China memang ingin merebut sumber daya Artik. China ingin ditempatkan sebagai negara yang mengambil keuntungan besar,” ujar Lanteigne.
source: sindonews