Kementerian Perindustrian (Kemperin) meminta pelaku industri nasional untuk membuat terobosan dalam membantu menangani permasalahan sampah nasional. Salah satunya menggiatkan program daur ulang plastik untuk digunakan kembali sebagai bahan baku kemasan.
Direktur Industri Kimia Hilir, Ditjen Industri Kimia, Tekstil, dan Aneka Kemperin Taufiq Bawazier, mengatakan masalah sampah di Indonesia sempat menjadi sorotan dunia setelah Dr Jenna Jambeck, peneliti dari University of Georgia, mentahbiskan Indonesia sebagai negara kedua yang paling banyak menyumbang sampah plastik ke laut dunia.
Meski masih meragukan validitas hasil riset Jambeck, Taufiq menyebut pelaku industri nasional harus bisa berkontribusi menangani permasalahan sampah di Indonesia dengan mendaur ulang sampah plastik sebagai bahan baku kemasan.
Taufiq mencatat kebutuhan plastik sebagai bahan baku industri mencapai 5,6 juta ton per tahun. Sebanyak 2,3 juta ton sudah dipenuhi oleh industri plastik nasional. Lalu 1,67 juta ton dipenuhi dari impor bijih plastik virgin, dan sebanyak 435.000 ton dipenuhi dari impor limbah plastik Non B3. “Baru 1,1 juta ton plastik yang bisa dipenuhi oleh industri daur ulang,” kata Taufiq dalam Media Workshop “Inovasi & Kontribusi Industri Menerapkan Model Pengelolaan Sampah Plastik yang Efektif untuk Menanggulangi Permasalahan Sampah di Indonesia” di Tangerang, Senin (10/12).
Ketua Asosiasi Daur Ulang Plastik Indonesia (Aduppi) Christine Halim, menuturkan dengan semakin banyak perusahaan nasional yang melakukan kegiatan daur ulang, secara otomatis akan membantu mengurangi pencemaran lingkungan, menghemat energi, menghemat devisa impor plastik virgin, sekaligus memberi penghasilan untuk para pekerja sektor informal Indonesia.
Ia mencatat saat ini ada 360 perusahaan anggota Adupi yang melibatkan 4 juta pemulung dalam menjalankan kegiatan produksinya. “Kami ingin semakin banyak lagi industri makanan dan minuman yang memanfaatkan produk kemasan hasil daur ulang. Kalau di Indonesia saat ini sifatnya belum mandatori, baru sebatas kesukarelaan,” kata Christine.
Salah satu perusahaan yang menurut Christine sudah melakukan kegiatan daur ulang dengan baik adalah PT Tirta Investama, produsen air minum dalam kemasan merek Aqua.
Sustainable Development Director Danone Indonesia, Karyanto Wibowo, menyatakan perusahaannya siap menjadi industri minuman pengguna botol daur ulang pertama di Indonesia. Awal tahun depan, Danone-Aqua akan meluncurkan produk air mineral kemasan 1,1 liter yang botolnya 100 persen diproduksi dari plastik daur ulang.
Ia menuturkan botol daur ulang merupakan hasil produksi industri mitra Perusahaan di Bandung. Bahan baku flakes plastik dipasok dari enam titik pengepul binaan yang tersebar di Tangerang, Bandung, Bali, Lombok, dan Kepulauan Seribu. “Peluncuran produk air minum dalam botol plastik daur ulang awal tahun depan merupakan bentuk dari komitmen kami untuk menjaga lingkungan. Plastik seharusnya menjadi bahan baku dan tidak bertebaran di lingkungan sebagai sampah, oleh karena itu kami manfaatkan kembali,” kata Karyanto.
Menurutnya, perusahaan telah menjalankan inisiatif menjaga kelestarian lingkungan dengan mengumpulkan dan mengolah plastik bekas kemasan air minum sejak 1993.
“Dalam setahun kami bisa mengumpulkan 12.000 ton plastik bekas kemasan air minum untuk didaur ulang. Kalau dulu lebih tahun 1993, produk cacahan plastik di ekspor karena belum ada industri yang bisa memproduksi botol daur ulang di Indonesia. Tapi mulai sekarang bisa kami olah dengan memenuhi standar SNI (Standar Nasional Indonesia), BPOM (Badan Pengawas Obat Makanan) serta bersertifikasi halal agar masyarakat nyaman menggunakannya,” kata Karyanto.
Dengan semakin banyaknya pelaku sektor informal yang terlibat dalam kegiatan pengumpulan bahan baku botol bekas, PT. Tirta Investama (Danone-Aqua) menargetkan pada 2025 mendatang rata-rata sebanyak 50 persen produk air minum dalam kemasan Danone-Aqua akan menggunakan kemasan botol daur ulang. “Saat ini 70 persen bisnis adalah galon yang kemasan dapat digunakan ulang sehingga sudah memenuhi prinsip sirkular. Komitmen kami menjadi perusahaan yang 100 persen sirkular, menggunakan limbah kemasan plastik untuk bahan baku kemasan produk kami. ” katanya.
Source: beritasatu