Badan Nasional Penangulangan Bencana (BNPB) RI mengingatkan kepada pihak terkait untuk meningkatkan kewaspadaan dalam mencegah terjadinya kebakaran hutan dan lahan (Karhutla).
Sebab sebentar lagi akan masuk musim kemarau, sehingga potensi Karhutla akan semakin tinggi.
“Pencegahan harus lebih diutamakan dari pada penanggulangan. Karena berdasarkan data yang kita dapatkan dari berbagai pihak, khususnya dari kepala desa dan masyarakatn bahwa kebakaran lahan itu 99 persen disebabkan oleh manusia,” kata Staf Ahli BNPB RI, Mayjen TNI (Purn) Komaruddin, saat menghadiri pembekalan kesiapan menghadapi bahaya kebakaran hutan dan lahan di Hotel Grand Juri Pekanbaru, Kamis (20/6/2019).
Baca Juga: Pro-Kontra Impor Guru
“Meskipun sekarang cuaca masih hujan, tetap kita daerah harus siap siaga. Tapi saya lihat semua daerah sudah termasuk Riau. Helikopter water bombing, hujan buatan semua sudah siap.Tinggal nanti menunggu pasukan saja jika memang dibutuhkan,” imbuhnya.
Komaruddin meminta semua pihak bisa melakukan pencegahan terhadap Karhutla.
Baca Juga: Jokowi Sentil Sengketa Lahan di Riau saat Rapat Kabinet
Pasalnya bencana Karhutla yang menyebabkan munculnya kabut asap menimbulkan kerugian yang cukup besar.
“Akibat kebakaran lahan, setiap tahunnya kerugian materi dan non materi mencapai 2 sampai 4 miliar dolar Amerika. Puncaknya itu di tahun 2015 yang mencapai USD 6,1 miliar dengan jumlah luas lahan yang terbakar mencapai 2,6 juta hektare,” katanya.
Tidak hanya itu, akibat kabut asap Karhutla juga menyebabkan ribuan masyarakat Riau terkena kasus ISPA, asma, paru-paru dan jantung.
Kemudian ada 4 ribu mengalami kompikasi mata dan kulit.
“Anak-anak dan bayi sebagai generasi penerus bangsa juga terganggu kesehatan, sekolah mereka diliburkan, ekosistem hutan rusak, marga satwa dan aneka ragam hayati juga punah dan berpontesi menimbulkan bahaya emisi gas rumah kaca dan berkurangnya karbon,” ujarnya.
Tidak hanya berdampak terhadap masyarakat Indonesia, namun kebakaran lahan juga mengganggu kenyamanan negara tetangga.
Sejumlah negara tetangga pernah terpapar asap akibat Karhutla dari Riau.
“Asap kiriman dari Indonesia itu pernah melewati batas negara, bahkan sampai ke Singapura, Malaysia, Brunei dan Thailand,” katanya.
Sejauh ini di Indonesia sudah ada tiga provinsi yang sudah menetapkan status siaga darurat bencana Karhutla.
Yakni Kalimantan Timur, Sumatera Selatan dan Riau.
Dengan sudah ditetapkan status siaga darurat bencana tersebut makan langkah pencegahan dan antisipasi harus dilakukan sejak awal.
Selain itu, pemadaman kebakaran lahan juga sangat bergantung kepada cuaca.
Sebab dengan curah hujan yang tinggi maka proses pemadaman kebakatan akan jauh lebih efektif.
“Karena kalau sudah terjadi kebakaran itu sulit dipadamkan, dan pemadaman ini bersifat sementara, yang paling efektif itu adalah hujan alami,” katanya.