Kebakaran hutan dan lahan yang berujung pada bencana asap 99 persen karena kesengajaan yang berhubungan erat dengan ulah manusia. Ada pun faktor lain, seperti alam, hanya 1 persen.
Berdasarkan data dan fakta penelitian, kebakaran hutan dan lahan yang disengaja terjadi antara lain karena sistem perladangan tradisional penduduk setempat yang berpindah-pindah, namun jumlah ini sangat kecil. Termasuk di dalamnya, misalnya membakar sampah atau membuang puntung rokok.
“Yang jumlahnya mencengangkan dan sudah bukan rahasia lagi karena pembukaan hutan dan lahan oleh para pemegang Hak Pengusahaan Hutan (HPH) untuk industri kayu maupun perkebunan kelapa sawit,” ujar Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Letjen TNI Doni Monardo dalam keterangan tertulis di Jakarta, Kamis (20/6/2019).
Baca Juga: Jokowi Sentil Sengketa Lahan di Riau saat Rapat Kabinet
Sebagai cacatan, sepanjang Januari hingga Juni 2019 kebakaran hutan dan lahan di Riau sudah mencapai 3.100 hektare. Menurutnya, kebakaran liar akibat kegiatan perladangan kerap hanya kamuflase dari penebang yang memanfaatkan jalan HPH dan berada di kawasan HPH.
Metode pembukaan lahan dengan cara tebang habis dan pembakaran merupakan modus yang murah, mudah dan cepat, namun berakibat fatal. Penyebab lain umumnya berawal dari suatu konflik, hutan dan tanah dikuasai para investor yang mendapat pengesahan melalui celah hukum positif negara.
Doni memaparkan dampak yang timbul dari kebakaran hutan dan lahan. Kualitas udara tercemar yang berdampak pada kesehatan masyarakat.
Baca Juga: Keukenhof: Katakan dengan Tulip
Sebagai contoh, tahun 2014 dan tahun 2015, di Riau tercatat 53.553 kasus penyakit seperti ISPA, asma, paru-paru dan jantung. Tidak kurang dari 4.000 di antaranya mengalami komplikasi penyakit mata dan kulit. Selain itu, tercatat adanya korban jiwa yang disebabkan tingginya kandungan asap yang terhirup pernapasan masyarakat di Riau.
Pemerintah Provinsi Riau juga merilis data pada Februari 2019 tercatat 1.753 jiwa yang mengalami ISPA dan yang terparah terjadi di Kota Dumai. Kebakaran hutan dan lahan juga menggerus aktivitas perekonomian.
“Asap tebal mengganggu transportasi udara. Banyak penerbangan terpaksa ditunda atau dibatalkan. Sementara pada transportasi darat, sungai, danau dan laut terjadi beberapa kasus tabrakan atau kecelakaan yang menyebabkan hilangnya nyawa dan harta benda,” paparnya.
Kerugian ekonomi yang ditimbulkan kebakaran hutan dan lahan sebelum tahun 2015 mencapai 2,84 miliar dolar Amerika Serikat (AS) hingga 4,86 miliar dolar AS, yang meliputi kerugian materi dan nonmateri. Periode Juli-Oktober 2015 mencapai Rp221 triliun. Total lahan terdampak seluas 2,6 juta hektare atau setara 4,5 kali luas Pulau Bali.