Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Riau menilai dalam mencegah dan mengatasi kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di wilayah ini membutuhkan penguatan sinergi atau kerja sama dengan seluruh pihak, termasuk perusahaan. Sinergi dengan perusahaan dilakukan sejak 2016 dan terus membaik setiap tahunnya.
“Cukup banyak bantuan yang diberikan sejumlah perusahaan, terutama yang bergerak di perkebunan dan konsesi hutan tanaman industri (HTI) di Provinsi Riau. Itu sebagai upaya pencegahan dan penanggulangan karhutla,” kata Kepala Bidang Kedaruratan BPBD Riau, Jim Gafur, di Pekanbaru, Rabu (28/2).
Menurut Jim, di awal 2018 ini sejumlah perusahaan mulai membantu pemerintah dalam menangani karhutla yang terus meluas hingga menyebabkan lebih 780 hektare lahan hangus terbakar. Tidak hanya melalui jalur udara, pemadaman juga dilakukan di darat oleh tim pemadam kebakaran atau fire fighter perusahaan.
“Meskipun kebakaran tidak di lahan mereka, tapi perusahaan bisa membantu jika kebakaran berada di sekitar areal mereka. Bahkan, mereka bilang punya peralatan lengkap,” ujar Jim.
Dengan begitu, Jim menuturkan perluasan lahan kebakaran bisa ditekan sedemikian rupa, dengan tidak melupakan peran penting dari seluruh pihak yang tergabung dalam Satgas Karhutla Provinsi Riau. Apalagi ada perusahaan yang peduli dan memperhatikan lingkungan, serta berkomitmen mendukung pemerintah mencegah karhutla itu memiliki tim pemadam kebakaran berjuluk fire fighter.
Data BMKG
Hasil pencitraan satelit pada Rabu (28/2) pagi menunjukkan ada 12 titik panas atau hot spot, yang menjadi indikasi kebakaran hutan dan lahan, berada di Provinsi Riau. Itu berdasarkan data Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Pekanbaru yang diperbarui pada pukul 06.00 WIB.
“Ada 12 hot spot berlokasi di tiga kabupaten dan kota di Riau. Terbanyak Kabupaten Bengkalis sebanyak tujuh titik, Kota Dumai, ada tiga titik, dan Kabupaten Siak terdapat dua titik,” kata Kepala BMKG Stasiun Pekanbaru, Sukisno, melalui pesan singkatnya.
Dari selusin hot spot tersebut, tambah Sukisno, BMKG menyatakan ada delapan yang memiliki tingkat keakuratan di atas 70 persen di tiga daerah tersebut. Artinya, kemungkinan besar benar terjadi karhutla yang perlu segera diantisipasi oleh Satugan Tugas (Satgas) Karhutla Riau.
BMKG menyatakan peluang hujan di daerah yang terjadi kebakaran sangat rendah. Potensi hujan ringan hanya berpeluang terjadi di Kota Dumai pada pagi hari. Terhitung sejak 19 Februari hingga 31 Mei 2018, Riau sudah berada pada status Siaga Darurat Karhutla.
Pemerintah Provinsi Riau menetapkan kondisi ini karena pada awal tahun 2018 terjadi peningkatan jumlah titik panas dan luas karhutla yang sangat signifikan. Data terakhir Satgas Karhutla Riau menunjukkan luas lahan yang telah terbakar sejak 14 Januari mencapai sekitar 731,5 hektare.
Kebakaran lahan di Siak dan Bengkalis berlokasi jauh dari akses jalan sehingga menyulitkan tim gabungan untuk memadamkan api dari darat. Satgas Karhutla Riau sudah mengajukan kepada Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) untuk bantuan helikopter pengebom air dan pesawat modifikasi cuaca untuk hujan buatan. Namun, sampai kini belum mendapat kepastian dari BNPB.
Source: Koran Jakarta