Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mendeteksi adanya titik panas yang tersebar di Sumatra, antara lain Aceh dan Riau.
Di Aceh, ada 10 titik panas yang terdeteksi. Titik panas tersebut juga mengindikasikan adanya kebakaran hutan dan lahan (karhutla).
“Titik panas itu terpantau melalui data satelit NOAA pada Sabtu (5/1/2019). Totalnya terdapat 16 titik panas di wilayah Sumatera, dan 10 titik panas di antaranya tersebar di 8 kabupaten di Aceh,” kata Staf data dan informasi BMKG Stasiun Klimatologi Aceh Besar, Harisa Bilhaqqi, dikutip Serambinews.com, Minggu (6/1).
Hasil pantauan sensor MODIS (Moderate Resolution Imaging Spectroradiometer)–gambar wilayah darat Bumi yang diambil lewat satelit–menunjukkan titik panas di dua kabupaten, yakni Aceh Tengah yang terkosentrasi di Kecamatan Pegasing dan Aceh Jaya yang menyebar pada dua kecamatan yaitu Sampa Iniet dan Setia Alue Bakti.
Sedangkan keenam titik panas sisanya tersebar di enam kabupaten, yakni Aceh Barat Daya di Kecamatan Kuala Batee, dan Aceh Besar di Kecamatan Lembah Seulawah. Terakhir Aceh Tamiang di Kecamatan Tamiang Hulu, Aceh Utara di Kecamatan Lhokseukon, Pidie di Kecamatan Tangse, dan Nagan Raya di Kecamatan Beutong.
Dari 10 titik panas, ada tiga spot yang diduga muncul akibat karhutla, dan satu telah dipastikan muncul akibat karhutla.
Kepala Seksi Data dan Informasi BMKG Stasiun Meteorologi Aceh, Zakaria Ahmad, kepada Antaranews (6/1) menyatakan satu titik panas yang dipastikan muncul akibat karhutla ada di Nagan Raya, Beutong, dengan tingkat kemungkinan mencapai 90 persen.
Dua titik lain, di Pegasing, Aceh Tengah, dan Tamiang Hulu, Aceh Tamiang, tingkat kemungkinan muncul akibat karhutla masing-masing mencapai 71 persen dan 73 persen.
Karena hal tersebut pula, instansi terkait dan warga di sekitar lokasi diimbau agar lebih waspada akan terjadinya karhutla. Apalagi, sebagian wilayah di Provinsi Aceh telah mengalami hari tanpa hujan kategori panjang, yakni 21 hingga 30 hari, yang dikhawatirkan dapat memicu karhutla.
Karhutla Riau meluas
Sebelumnya, BMKG Stasiun Pekanbaru pun juga mendeteksi adanya titik-titik panas baru di Provinsi Riau sebagai indikasi terjadinya karhutla yang meluas.
Sejak awal Januari hingga hari ini (7/1), sudah 55 hektare lahan yang terbakar. Lahan tersebut merupakan tanah milik warga. Ada yang berupa area kosong, ada pula yang berupa kebun nanas.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Riau, Edwar Sanger, mencatat lahan 55 hektare yang terbakar itu tersebar di empat kabupaten/kota di Riau.
“Paling luas itu di Kabupaten Rokan Hilir ada 40 hektare, di Bengkalis 10 ha, di Kampar ada 4 ha dan Kota Dumai ada 1 ha,” ujar Edwar, kepada merdeka.com, Minggu (6/1).
Hingga saat ini, tim gabungan yang terdiri dari TNI Polri, BPBD, hingga Manggala Agni, dan Masyarakat Peduli Api masih berada di lokasi untuk upaya pemadaman.
Pemadaman yang telah masuk hari keempat ini dilakukan dengan peralatan seadanya, sebab medan yang berat menyulitkan kendaraan roda empat untuk masuk. Angin kencang juga membatasi jarak pandang akibat asap.
Sedangkan untuk wilayah yang sudah padam masih harus dilakukan pendinginan. Petugas pun melakukan patroli dan sosialisasi kepada masyarakat dan perusahaan yang bergerak di bidang perkebunan agar tak membuka lahan dengan cara membakar hutan.
Waspada El Nino tingkat moderat
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) meminta masyarakat untuk mewaspadai kemungkinan terjadinya karhutla sepanjang Januari hingga Februari tahun ini.
Direktur Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim, Ruandha Agung Sugardiman, dalam Republika Online (6/1), menjelaskan bahwa El Nino tingkat moderat bisa menjadi penyebabnya.
El Nino merupakan kondisi meningkatnya suhu permukaan laut secara signifikan di Samudera Pasifik sekitar ekuator yang menyebabkan berkurangnya curah hujan secara drastis di Indonesia.
Lahan yang kering mempermudah terjadinya kebakaran hutan dan lahan.
Peringatan KLHK tersebut sejalan dengan analisis World Meteorological Organization (WMO) alias Organisasi Meterorologi Dunia, yang menyatakan Februari peluang terjadinya El Nino pada 2019 mencapai antara 75-80 persen.
Direktur Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan KLHK, Rafles B. Panjaitan, menyatakan mereka telah mengantisipasi terjadinya kebakaran hutan dan berupaya memastikan agar bisa ditanggulangi segera.
Brigade Pengendalian Kebakaran Hutan (Manggala Agni), menurut Rafles, terus menjalin koordinasi dan sinergi dengan para pihak seperti TNI, Polri, BPBD, perusahaan pemegang konsesi, perangkat desa, dan Masyarakat Peduli Api (MPA) untuk berupaya mengendalikan karhutla dengan mencegah maupun memadamkannya.
Source: beritagar